Dengan produksi 7 kwintal perhari, ternyata kadaluarsa gula jawa herbal ini…



          

 Jahe, mungkin sebagian orang mengetahui jika jenis tanaman ini terkenal untuk menghangatkan badan. Biasanya, untuk dapat menikmati rempah-rempah ini secara langsung, masyarakat hanya akan menyeduhnya dengan air panas setelah sebelumnya jahe tersebut dibakar dan dipipihkan terlebih dahulu.

Minuman jahe memang sangat cocok dinikmati ketika musim dingin ataupun ketika hujan melanda. Di warungwarung angkringan, minuman ini biasanya dicampur dengan susu. Untuk menikmati segelas susu jahe ini harganya cukup terjangkau. Hanya dengan menebus uang sebesar Rp2.500 setiap gelasnya, penikmat susu jahe bisa menikmati minuman penambah daya tahan tubuh ini.

Namun di tangan Mujiyono, warga Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, rempah-rempah ini dikemas dan dicampur dalam gula jawa. Bagi sebagian orang, menyantap segelas minuman dengan pemanis gula jawa merah mungkin sudah hal yang biasa, tapi minum segelas air dengan rasa gula jawa rasa jahe mungkin jarang ditemui.

Ya, sejak gempa 2006 yang lalu, Mujiyono bersama dengan beberapa warga lain mulai menggeluti usaha pembuatan gula jawa rasa jahe (Gujahe). Gujahe atau gulajawa herbal merupakan minuman herbal siap saji yang mengombinasikan gula jawa dengan aneka rempah. Tak hanya dicampur dengan jahe dan tirisan air nira kelapa, gujahe juga dicampur dengan berbagai ramuan lain.

“Saya juga mencampurnya dengan rempah yang lain. Selain jahe saya juga biasa mencampurnya dengan temulawak, kunir putih, menjadikan Gujahe ini sebagai alternatif jamu tradisional yang kaya akan manfaat untuk kesehatan tubuh,” katanya. Sebelum memproduksi Gujahe, Mujiono telah lama berjualan rempah-rempah dan memasok rempah untuk seluruh pasar di Yogyakarta.

Nasib sial ketika gempa melanda kawasan Bantul dan sekitarnya pada 2006 silam. Ketika gempa terjadi, tunas rempahrempah tumbuh dari rempah yang tertimbun sehingga tak laku lagi dijual karena kondisinya rusak. “Saya terus berpikir keras bagaimana memanfaatkan rempahrempah yang remuk akibat tertindih reruntuhan gempa bisa dijual.

Saya terus mencoba mengombinasikannya dengan gula jawa,” tuturnya. Tak mudah memang merintis usaha yang sama sekali baru bagi dirinya. Dia harus berjuang keras memperkenalkan produk buatannya kepada masyarakat. Sejak awal memulai usahanya, Mujiyono berusaha mengikuti beberapa pameran yang digelar tak jauh dari rumahnya.

Masih ingat betul dirinya ketika mengenalkan produknya dengan mengikuti pameran yang diadakan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Desa Segoroyoso Pleret. “Alhamdulillah, dalam pameran tersebut, produk saya mendapat sambutan baik dari masyarakat serta pejabat di Kecamatan Pleret,” katanya.

Sambutan baik dari masyarakat mendorong Mujiyono untuk memproduksi Gujahe dan mengembangkan produknya. Sekarang ini, sekitar 5–7 kuintal Gujahe ia produksi di rumahnya setiap hari untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tak hanya di Yogyakarta, produk miliknya telah dijual hingga ke berbagai kota di seluruh Indonesia.

Kini, untuk memenuhi keinginan konsumen, dia sudah dapat mempekerjakan tetangga yang awalnya menganggur. Setidaknya, ada 13 orang yang membantunya memproduksi Gujahe pesanan dari konsumen. Selain itu, ia juga mempekerjakan lima orang tenaga kerja borongan di bagian pengemasan, memproduksi gula jawa dan gula batu yang dipasarkan di toko dan swalayan.

Tak hanya Gujahe, dengan pengalamannya sembilan tahun mengolah jahe, kini dia juga berupaya mengembangkan produkproduk yang lain. Saat ini Mujiyono telah mampu menghasilkan kurang lebih 40 produk Gujahe maupun Gulajoss. Gulajoss merupakan variasi lain dari Gujahe yaitu kandungan rempah yang lebih lengkap yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, mengatasi asam urat, melancarkan asi.

“Gulajoss mempunyai rasa yang lebih enak dibanding jamu pada umumnya. Produk Gujahe di jual dengan harga yang terjangkau yaitu harga eceran Rp10.000 sampai Rp12.000. Harga tersebut untuk satu kemasan berisi delapan keping gula dengan masa kadaluwarsa 1,5–2 tahun,” paparnya.

Sari, wanita asal Purworejo yang menjadi salah satu pelanggannya mengaku memang secara rutin menikmati Gujahe produksi dari Dusun Kerto ini. Bahkan, kini teman-teman sekantornya juga rutin memesan Gujahe dari dirinya. Hampir sebulan sekali, ia memasok Gujahe ke temanteman kantornya karena rasanya memang enak dan bisa menghangatkan badan. “Teman-teman kantor jadi ketagihan,” ujarnya.

Kunjungi kami di https://www.bukalapak.com/herrypratikto


Komentar